Penyakit
batu ginjal merupakan penyakit kronis yang sering dialami oleh
masyarakat Indonesia. Akibat yang ditimbulkan penyakit ini adalah
obstruksi (kerusakan pada saluran kemih, pen.) yang memicu
terjadinya infeksi dengan disertai rasa nyeri. Obstruksi dan infeksi
apabila berlangsung lama akan menyebabkan gangguan fungsi ginjal, bahkan
sampai taraf kegagalan fungsi ginjal. Pengobatan batu ginjal dengan
cara modern belum memberikan hasil yang memuaskan. Selain harganya
mahal, juga mempunyai resiko cukup tinggi.
Pada umunya tindakan yang dilakukan adalah pengambilan batu melalui pembedahan atau pemecahan batu dengan gelombang syok. Akan tetapi cara-cara tersebut masih belum dijangkau oleh seluruh lapisan masyrakat, karena biayanya yang relatif mahal dan keterbatasan peralatan dan tenaga ahli.
Pada umunya tindakan yang dilakukan adalah pengambilan batu melalui pembedahan atau pemecahan batu dengan gelombang syok. Akan tetapi cara-cara tersebut masih belum dijangkau oleh seluruh lapisan masyrakat, karena biayanya yang relatif mahal dan keterbatasan peralatan dan tenaga ahli.
Jenis
batu ginjal yang paling sering (lebih dari 80 %) adalah yang terbentuk
dari kristal kalsium oksalat. Pendapat konvensional mengatakan bahwa
konsumsi kalsium dalam jumlah besar dapat memicu terjadinya batu ginjal.
Namun, bukti-bukti terbaru malah menyatakan bahwa konsunsi kalsium
dalam jumlah sedikitlah yang memicu terjadinya batu ginjal ini. Hal ini
disebabkan karena dengan sedikitnya kalsium yang dikonsumsi, maka
oksalat yang diserap tubuh semakin banyak. Oksalat ini kemudian melalui
ginjal dan dibuang ke urin. Dalam urin, oksalat merupakan zat yang
mudah membentuk endapan kalsium oksalat
Pembentukan
batu ginjal dapat dicegah dengan cara memperlancar pengeluaran
kristal-kristal batu ginjal melalui buang air kecil atau dalam bahasa
medis biasa disebut diuresis, sedangkan obat yang berkasiat memperlancar pengeluaran air kemih biasa disebut diuretik.
Umumnya obat-obat diuretik yang biasa digunakan pada masa sekarang ini
menimbulkan efek samping gangguan keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolit terutama natrium dan kalium. Kedua ion ini bila terlalu
banyak dikeluarkan dari tubuh maka akan menimbulkan gangguan yang
disebut hiponatremia dan hipokalemia yaitu terlalu rendahnya kadar natrium dan kalium dalam tubuh (Ganiswara S.G. 1995).
Oleh
karena adanya efek samping dari obat-obatan tersebut, maka perlu
kiranya kita mencari alternatif obat tradisional yang tidak memiliki
efek samping yang merugikan tersebut. Dari sekian banyak tanaman obat
yang berkasiat diuretik, tempuyung merupakan salah satu yang populer
digunakan oleh masyrakat. Tempuyung termasuk tanaman obat asli Indonesia
dari famili Asteraceae. Tanaman ini merupakan tanaman herba menahun,
tegak, mengandung getah, mempunyai akar tunggang yang kuat, tumbuh liar
di Jawa, yaitu di daerah yang banyak hujan pada ketinggian 50-1650 m di
atas permukaan laut. Tempuyung tumbuh di tempat terbuka seperti di
pematang, dan di pinggir saluran air (Heyne 1987).
Daun
atau seluruh bagian tanaman tempuyung dapat digunakan sebagai obat
batu saluran kencing, batu empedu, disentri, wasir, rematik/gout, radang usus buntu (apendisitis), radang payudara (mastitis), bisul, beser mani (spermatorea), darah tinggi (hipertensi), luka bakar, pendengaran kurang (tuli), memar (Plantus, 2008).
Berdasarkan
penelitian, tempuyung mengandung banyak senyawa kimia, seperti
golongan flavonoid (kaemferol, luteolin-7-O-glukosida dan
apigenin-7-O-glukosida), kumarin, taraksasterol serta asam fenolat
bebas. Kandungan flavonoid total dalam daun tempuyung 0,1044%, akar
tanaman 0,5% dengan jenis yang terbesar adalah apigenin-7-O-glikosida
(3,4,5). Sementara pustaka lain menyebutkan bahwa daun tempuyung
mengandung senyawa kimia antara lain luteolin, flavon, flavonol dan
auron. Kandungan flavonoid inilah yang diduga menyebabkan efek diuresis
pada ginjal, akan tetapi mengenai mekanisme kerjanya masih diperlukan
penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan
literatur, senyawa flavonoid dari tumbuhan dapat memberikan efek yang
bermacam-macam pada tubuh manusia, diantaranya efek diuretik,
antibakteri, anti virus, anti hipertensi (Harborne, 1996). Selain itu
flavonoid juga dapat menurunkan kadar asam urat melalui penghambatan enzim xantin oksidase
(Choirul, 2000). Perlu kita ketahui, bahwa secara normal tubuh kita
memproduksi asam urat. Namun bila produksi asam urat yang berlebihan
atau pembuangannya berkurang, maka akibatnya kadar asam urat menjadi
tinggi dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi dapat mengendap dalam
persendian yang menimbulkan rasa nyeri atau kita biasa menyebutnya sakit
asam urat.
Hasil
penelitian menunjukkan, bahwa senyawa flavonoid dari tempuyung dapat
menurunkan kadar asam urat dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan
enzim xantin oksidase. Pada penderita asam urat, obat-obat yang diresepkan antara lain obat analgesik (penghilang rasa nyeri), diuretik. Dalam
hal ini, tempuyung yang mempunyai kandungan flavonoid yang tinggi
mempunyai fungsi ganda dalam mengobati asam urat dan batu ginjal.
Penelitian yang dilakukan oleh Sasmito tahun 1997, selain mampu
mengurangi kadar asam urat dengan menghambat kerja enzim xantin oksidase,
flavonoid dari tempuyung juga dapat mengikat kalsium dari batu ginjal
membentuk senyawa komplek yang mudah larut. Efek diuretik dari
tempuyung akan membantu mendorong asam urat dan batu ginjal keluar
melalui urin.
Pemanfaatan
tempuyung untuk pengobatan kelebihan asam urat asam dan batu ginjal
memerlukan daun tempuyung (6,25 gr), akar tempuyung (6,25 gr), jahe
merah (25,00 gr), cengkeh (0,25 gr), kulit manis (0,25 gr), pengawet
Na.Benzoat (0,50 gr), dan gula merah secukupnya. Cara pembuatannya, daun
dan akar tempuyung segar dibersihkan dari tanah atau kotoran. Kedua
bahan tersebut direbus dengan air 500 ml bersama bahan-bahan lainnya,
biarkan mendidih sampai volume menjadi 250 ml. Setelah dingin baru
ditambahkan pengawet Na.Benzoat, lalu disaring dengan saringan teh atau
kain kassa kedalam botol (Widisih, 2004).
Sebagai
infornasi tambahan, ada beberapa makanan yang dapat memicu batu ginjal
dan asam urat. Kiranya dapat menjadi perhatian agar dapat berhati-hati
dalam mengonsumsinya. Contohnya makanan berprotein dan berkarbohidrat
tinggi, seperti kacang-kacangan, emping melinjo, nangka, daging,
jeroan, bayam, dan ikan. Sedangkan dari jenis minuman, antara lain
kopi, teh, kola, dan cokelat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar